Thursday, November 24, 2016

Rahasia di Balik Blangkon

Hasil gambar untuk gambar penjual blangkon

Ketika berkunjung di Yogyakarta dan beberapa daerah di pulau Jawa tentu kalian tidak asing meliat orang memakai blangkon. Pernahkah kalian berfikir kenapa mereka memakai blngkon?. berikut cerita dan seluk-beluk dibalik blangkon.

Blangkon berasal dari kata blangko ,istilah yang sering digunakan masyarakat Jawa untuk menyebut sesuatu yang siap pakai. Dahulu bentuk blankon tidak bulat seperti sekarang, melainkan berupa ikat kepala yang harus melalui proses pengikatan yang sangat rumit. Seiring berjalannya waktu maka terciptalah inovasi untuk membuat ikat kepala yang siap pakai yang selanjutnya disebut dengan blangkon.

Jika diperhatikan bentuk blankon sangat istimewa. Yakni lipatan melinggkar menutupi kepala manusia yang terdapat bulatan dibelakangnya atau orang Jawa menyebutnya mondolan. Bagian dan bentuk blangkon mengandung makna yang cukup dalam. Lipatan yang menutupi kepala berjumlah 17 mengandung makna 17 rakaat salat lima waktu. Mondolan dipasanng di belakang kepala maknanya mencegah manusia untuk tidur dan menutup mata. Letak mondolanpun diusahakan di tengah dan lurus keatas, yakni bermakna lurus terhadap Sang Pencipta. Maka dapat disimpulkan mondolan merupakan pengingat agar manusia tidak menutup mata terhadap sang Maha Kuasa dan selalu lurus menjalankan perintahNya. Tidak hanya itu sisa kain disamping mondolan jika dihitung berjumlah 6 yang mempunyai makna 6 rukun imam.

Kenapa makna blangkon cenderung islamik? hal ini konon berkaitan dengan sejarah awal mula blangkon dipakai. Sesepuh keluarga Ki Ageng Giring merupakan pencetus cerciptanya blangkon.
Hal ini berkaitan dengan konsteks zaman dahulu, para penyebar Islam memasuki tanah Jawa. Saat itu rambut mereka panjang, sedangkan dalam budaya jawa tidak ada lelaki yang berambut panjang. Para penyebar agama Islam engan memotong rambutnya karena beranggapan akan mengingkari sang kuasa dengan memotong rambut yang menjadi anugrah dariNya.

 Maka dari itu tercetuslah solusi untuk menutup rambut dengan ikat kepala, yang seiring berkembangnya zaman ikat kepala ini berubah nama menjadi blangkon. Mondolan yang ada di belakang blangkon ialah rambut para penyebar Islam yang digulung berbentuk bulatan.

Tidak semua blangkon ada mondolan bulat di belakangnya, blankon dari Solo identik dengan mondolan gepeng. Kenapa demikian? Hal ini karena ketika penyebar ajaran Islam ketika masuk Solo rambutnya telah dipotong. Namun mereka tetap memakai ikat kepala atau blangkon karena telah membudaya. Hal ini menyebabkan tidak ada mondolan bulat lagi di belakang kepala melainkan gepeng, karena takada rambut panjang yang mesti di gulung lagi


                               




Share:

0 komentar:

Post a Comment